Akademisi: implementasi nilai Pancasila mampu perkokoh kebangsaan

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan mampu memperkokoh kebangsaan Indonesia, kata dosen sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Anton Haryono.

"Namun, kemampuan itu tidak akan pernah optimal jika subjek implementasi yang diharapkan hanya sebatas pada warga negara," katanya pada diskusi kebangsaan bertema "Kebangsaan dalam Religi dan Budaya" yang diselenggarakan Paguyuban Wartawan Sepuh Yogyakarta di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, negaralah yang harus menjadi subjek utama implementasi khususnya melalui usaha-usaha nyata untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial. Sikap hidup inklusif akan semakin kokoh seiring dengan terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial.

"Keragaman sebagai realitas sosial akan bergandengan secara erat dengan kesadaran kuat mengenai keragaman. Dalam kondisi demikian, keragaman sebagai anugerah pun akan terus berlanjut," katanya.

Ia mengatakan, kesadaran terhadap keragaman telah lama tumbuh di Indonesia dan berkontribusi besar dalam proses penjadian "nation state" Indonesia. Meskipun demikian, kesadaran itu tidak serta merta terbebas dari gangguan.

Pengabaian terhadap realitas keragaman, kata dia, bisa muncul kapan pun karena berbagai faktor, apalagi ketika politik kekuasaan lebih dominan daripada politik kebangsaan, saat praktik politik dan kehidupan lain lupa disemati dengan etika.

"Sikap tidak peduli terhadap realitas keragaman bisa sama artinya dengan sikap tidak peduli terhadap keindonesiaan," katanya.

Menurut dia, keragaman merupakan realitas Indonesia sehingga kesadaran mengenai keragaman perlu dirawat dan diperkuat secara berkelanjutan oleh seluruh komponen bangsa.

Oleh karena itu, realitas Indonesia yang beragam dan nilai strategis dari kesadaran mengenai keragaman penting untuk dinarasikan terus menerus secara konstektual.

"Efektivitas dan produktivitas narasi akan membesar jika praktik politik dan kehidupan lain mengindahkan etika. Bahkan, praktik seperti itu bisa dipahami sebagai narasi tersendiri yang potensial untuk menangkal berkembangnya pengabaian terhadap realitas keragaman," kata Anton.

(U.B015)

Editor: Luqman Hakim