"Kita menjadikan Museum Tani Jawa ini dengan harapan bisa mewariskan nilai-nilai kejuangan petani terdahulu bahwa petani itu jujur, sederhana, dan tidak neka-neka," kata pengelola Museum Tani Jawa Candran Kristyo Bintoro di Bantul, Minggu.
Selain berkepribadian sederhana dan apa adanya, kata dia, petani selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu diwujudkan ketika saat panen dengan ritual wiwitan, kemudian bersih dusun sebagai wujud syukur kepada pencipta.
"Nah, nilai-nilai itu diwariskan kepada generasi sekarang dan mendatang, termasuk kerja kerasnya petani bagaimana dia mengolah lahan," kata Kristyo.
Menurut dia, berbicara tentang petani itu sebetulnya petani tidak bodoh karena mereka selalu belajar bagaimana tentang astronomi, tentang cuaca kalau di pertanian itu disebut "pranoto mongso", bagaimana perkiraan waktu mulai tanam petani selalu belajar itu.
Selain itu, kata dia, petani juga belajar sebagaimana seorang dokter. Agar tanamannya tidak merasakan sakit karena penyakit atau hama, petani menyemprot obat untuk pencegahan. Selanjutnya, pada saat tanaman kena wereng, dia mengobati.
"Sebetulnya, petani itu selalu belajar bagaimana budi daya tanaman, kemudian belajar membangun pangannya itu. Makanya, di desa wisata ini ada festival `memedi sawah` (orang-orangan sawah) itu sebetulnya perwujudan dari petani itu," katanya.
Ia menjelaskana bahwa Museum Tani Jawa yang digagas sejak 1998 ini sampai sekarang sudah memiliki koleksi sebanyak 600-an alat pertanian tradisional. Misalnya, "garu" alat untuk meratakan tanah, alat bajak tradisional, cangkul, arit, dan "gosrok" alat untuk menyiangi rumput.
Selain itu, kata dia, ada beberapa koleksi yang digunakan petani dalam mengolah hasil pertanian, seperti kendil, "keren" alat untuk menanak nasi, kemudian juga terdapat koleksi yang dipakai untuk berkesenian, yaitu "lesung".
"Koleksi-koleksi yang ada di museum lebih pada niat dari petani untuk dihibahkan sebagai bagian dari memberikan informasi tentang alat-alat pertanian tempo dulu kepada generasi depan. Salah satu koleksi paling tua, yaitu alat bajak dari tahun 1920-an," katanya.
KR-HRI
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2017
Baca lagi lanjutan nya http://ift.tt/2hHKYi8Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pengelola berharap Museum Tani wariskan kejuangan petani"
Post a Comment